Kamis, 22 Maret 2012

IMPIAN ROEBLING

IMPIAN ROEBLING Sebuah film documenter “Brooklyn Bridge”, film yang sangat mengesankan, film ini selayaknya dapat dijadikan sebagai salah satu contoh tentang sebuah impian, idealisme, kegigihan, kesetiaan, dan dedikasi cinta. Film ini berkisah tentang pembangunan Jembatan Brooklyn yang membentang di atas East River (sebenarnya bukan sungai, tapi bagian dari Samudra Atlantik) yang menghubungkan City of Manhattan dan Brooklyn, New York. Sebuah kisah nyata inspirasional tentang semangat pantang menyerah saat menghadapi kesulitan yang paling parah sekalipun. Di Tahun 1865, John Augustus Roebling, arsitek genius kreatif dengan imajinasi besar, terampil dan kaya pengalaman, merancang jembatan gantung megah untuk menghubungkan Brooklyn dan Manhattan. Karena di masa itu belum pernah ada jembatan seperti ini, maka idenya untuk membangun jembatan spektakuler ini ditolak para ahli. John Roebling tak mau menyerah. Ia adalah seorang visioner. Satu-satunya orang yang mendukung rancangannya adalah anaknya sendiri yang juga arsitek, Washington Roebling. John Roebling memikirkan rancangan ini setiap saat. Ia lalu diskusi, membujuk, dan berusaha meyakinkan pemodal dan pemerintah. Empat tahun kemudian, kongres dan Presiden Ulysess Grant memberikan izin pembangunan jembatan ini pada tahun 1869. John dan Washington lalu bekerja sama mengembangkan konsep bagaimana jembatan ini bisa dibangun. Sebulan kemudian, ketika memeriksa lokasi, kaki John Roebling ditabrak ferry yang bakan tak terpakai jika jembatan ini selesai dibangun. Kaki John diamputasi. Dua minggu kemudian John terserang tetanus dan meninggal sebelum sempat meletakkan batu pertama. Semua orang mengira, proyek jembatan ini akan mati bersama John Roebling. Washington yang sering mendengar ayahnya, percaya jembatan ini bisa dibangun, ingin mewujudkan impian ayahnya menjadi kenyataan, dan meneruskan proyek ayahnya. Nasib kembali bicara lain. Tiga tahun kemudian kembali terjadi tragedy. Jembatan ini dibangun dengan menggunakan caisson, ruang kedap air yang mendukung fondasi jembatan. Sesudah bekerja di dalam caisson dengan tekanan udara tinggi, Washington terlalu cepat naik ke permukaan dan terserang penyakit caisson. Ia menderita kerusakan saraf otak permanen, tak bisa bicara, setengah tuli dan seluruh badannya lumpuh. Satu-satunya yang bisa digerakkan hanya jari telunjuk kanan. Ia tak bisa bekerja dan berkomunikasi dengan para pekerja. Komentar bermunculan : “Kami sudah mengingatkan mereka, ayah dan anak gila dengan impian gila”. Karena hanya Roebling sendiri yang tahu bagaimana cara jembatan ini dibangun, semua orang merasa, proyek ini harus dihentikan. Tapi, kendatipun cacat, Washington tidak berkecil hati. Semangatnya tetap berapi-api untuk menyelesaikan pembangunan jembatan itu. Fisiknya memang cacat, tapi pikirannya masih jernih dan tajam seperti semula. Lewat istrinya –yang juga cerdas- Emily Roebling, membaca dan menganalisa pesan suaminya dan melanjutkan pembangunan jembatan yang seharusnya tak pernah ada itu. Jembatan akhirnya selesai dibangun pada Bulan Mei 1883. Dan sampai saat ini, orang (Insya Allah saya juga) melewatinya jika berkunjung ke New York. Film inspiratif seperti kisah nyata Keluarga Roebling ini menunjukkan kepada kita bahwa ketekunan, kegigihan, sikap pantang menyerah, membuat impian yang paling mustahil pun, bisa diwujudkan menjadi kenyataan. So…….……, jangan takut bermimpi atau punya cita-cita, dan wujudkanlah impian Anda…..! Salam Dianny

Tidak ada komentar:

Posting Komentar