Rabu, 14 Maret 2012

Baik Menjadi Hebat

Baik Menjadi Hebat Dalam lomba meraih kualitas, tak ada yang namanya garis finis. – David T. Kearns – . Baik adalah musuh dari Hebat! Demikian kata Jim Collins. Dan itulah salah satu dari alasan utama mengapa kita hanya mempunyai demikian sedikit kehebatan. Kita tidak mempunyai sekolah yang hebat, pada pronsipnya karena kita mempunyai sekolah yang bercita-cita hanya menjadi baik. Kita tidak mempunyai pemerintah yang hebat, pada prinsipnya karena kita mempunyai pemerintah yang hanya ingin menjadi baik. Kita tidak mempunyai pemimpin yang hebat, pada prinsipnya karena kita mempunyai pemimpin yang hanya ingin menjadi baik. Hanya sedikit orang yang dapat memperoleh kehidupan yang hebat, sebagian besar karena demikian mudah merasa puas dengan hidup yang baik. Sebagian besar perusahaan tidak pernah menjadi besar, secara tepat karena sebagian besar menjadi cukup puas dengan menjadi baik. Itu semua adalah masalaah utama. Belajar dari Singapura dan Lee…….. Pada Tahun 1959, Lee Kuan Yew bersama People’s Action Party (PAP) berhasil memenangkan pemilu di Singapura dengan menguasai 41 dari 53 kursi di parlemen. Ketika Lee diangkat sebagai Perdana Menteri, Kas Negara dalam keadaan kososng. Lee sendiri belum tahu apa yang ia bisa lakukan karena kondisi negaranya masih kacau balau. Penerapan hukum buruk, konflik antar etnis sering terjadi, masyarakatnya sangat jorok dengan sampah bertebaran dimana-mana, pengangguran diatas angka 14%, sedangkan kekayaan alam tidak ada. Luas lahan Singapura Cuma 400kilometer persegi. Andalannya Cuma padi. Lee Cuma punya impian dan beberapa orang pemikir. Tak ada cara lain, Singapura harus berubah. Ia memimpikan sebuah Negara kecil yang bersih, disiplin, memegang kuat tradisi penghormatan pada orang tua, dan tentu saja kaya. Sama seperti Anda, Lee juga punya pertanyaan sama : harus dimulai dari mana? Kalau Negara tak bisa memberikan lapangan pekerjaan maka Singapura akan menjadi sasaran agitasi komunis. Maka mulailah pekerjaan besar ia gulirkan. Ia memberi tugas Dr.Goh Keng Swee untuk merancang pembangunan ekonomi yang agresif. Goh segera bertindak. Industrialisasi pilihannya. Cuma masalahnya, Singapura tidak punya bahan baku, tak ada keterampilan industry, dan yang memalukan, tak ada pasar yang cukup besar. Itulah sebabnya mereka menjalin kerjasama dengan membentuk common market bersama Malaysia, tapi itu belum cukup. Untuk memajukan perekonomian, Lee meminta bantuan PBB agar mengirim ahli ekonominya. PBB Tahun 1960 segera mengirim misi survey industrial, yang dipimpin oleh Dr.Albert Winsemius, yang dibantu pria keturunan China, I.F. Tang. Dengan bantuan keduanya, Lee merumuskan strategi pembangunan ekonomi globalnya yang berorientasi pada keunggulan daya saing dan produktifitas lewat pemerintah yang bersih, masyarakat yang disiplin, dan industriaslisasi yang dikawal oleh tenaga-tenaga professional. Pemerintah Lee tidak anti asing, maka setiap bangsa boleh ikut membangun Singapura asal betul-betul professional. Ada dua badan yang jadi andalan Lee saat itu, yaitu HDB (Housing Development Board) dan EDB (Economic Development Board). Pada saat perubahan mulai dilakukan, tentu saja banyak pihak yang tidak siap. Bahkan Lee sering disebut sebagai salah seorang Dictator Asia yang anti demokrasi, HAM, dan kebebasan berserikat. Ia memang sangat tegas. Orang yang membuang sampah sembarangan, melakukan vandalisme, membuang permen karet, berambut gondrong, atau tidak tertib di jalan, dikenai denda sangat besar. Seorang remaja Amerika pernah dihukum cambuk gara-gara melakukan vandalisme di negeri singa ini, dan itu sungguh menggemparkan Amerika. Tapi ia tidak goyah satu millimeter pun. Ia juga membatasi ruang gerak pers dan mengendalikan oposisi. Baginya semua harus berorientasi pada kedisiplinan dan satu kepemimpinan yang diwadahi oleh nilai-nilai Confucius. Pada tahun 1990-an, ketika system kesejahteraan sedang mengalami ujian dan ancaman kebangkrutan di Barat, pemerintah Singapura mengeluarkan Parent’s Bill. Sebuah UU yang dipercaya sangat kental dengan nilai-nilai Confucius. Melalui UU itu, orang tua berhak menuntuk anak-anaknya kalau tidak merawat mereka di hari tuanya. Dengan demikian, mereka tidak menjadi beban Negara. Perubahan yang digulirkan oleh Lee tentu tidak akan berhasil kalau ia hanya berfokus pada wacana politik dan nilai-nilai belaka. Atas akar nilai-nilai ini, Lee memanggil para “doer” untuk bergerak bebas mengeksekusi gagasan-gagasan kreatif mereka, Dr. Goh Kong Swee, dengan dibantu oleh Dr. Albert Winsemius dan I.F.Tang, punya peran penting untuk mempercepat proses industrialisasi. Ketika mengangkat kepala perwakilan EDB di New York pada tahun 1960-an, misalnya, mereka lebih memilih seorang Top Salesman dengan pengalaman bisnis, street smart, sabar, jujur, dan pekerja keras ketimbang seorang birokrat, akademisi, atau politisi yang biasa berkantor di ruang tertutup. Pilihan jatuh pada Chan Chin Bok, seorang mantan salesman mobil yang juga kolumnis bisnis. Berkat bantuan Chan, Singapura menjalin kerjasama dengan produsen-produsen otomotif Detroit. Ford, misalnya, memilih Singapura sebagai lokasi assembly part-nya di Asia, setelah Singapura menjalin kerjasama dengan Malaysia dalam sebuah Common Market. Di masa pemerintahannya, Lee sangat konsisten menata pemerintahannya. Dalam setiap tahap ia selalu merumuskan langkah-langkah konkret yang harus diambil para anggota kabinetnya. Alhasil, Singapura sekarang telah menjadi salah satu Negara terkaya di dunia. Pada saat Lee melepaskan jabatannya (1990) GDP perkapita Singapura telah menjadi US$14.000 dan masih akan terus bertumbuh. Pada saat ini, GDP perkapitanya sudah diatas US$20.000. Ini adalah contoh dari sebuah negara, pemerintah, dan rakyat yang tidak hanya sekedar ingin manjadi baik tetapi jauh lebih tinggi memiliki impian menjadi hebat dan ternyata mereka mampu membuktikan meskipun mereka pada awalnya tidak punya apa-apa. Semoga ini menginspirasi kita sebagai sebuah bangsa maupun sebagai pribadi untuk segera bergerak dan berubah menjadi bangsa atau pribadi yang tidak sekedar baik tetapi menjadi bangsa atau pribadi yang hebat di tengah percaturan dunia. Thanks to: Edy Maiseng (Direktur KAIZEN Learning)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar